Lebih jauh Jose mengatakan bahwa, kearifan Melayu telah menorehkan sejarah panjang tentang sebuah kebudayaan dan peradaban di masa lalu yang gilang-gemilang.
“Kita tahu bahwa Kesultanan Riau-Lingga diibaratkan sebagai Bunda Tanah Melayu. Akar sejarah dan kebudayaan Melayu berakar dari sini,” ujarnya lagi.

Jose menerangkan bahwa sebagai salah satu partner asosiasi Kemenparekraf dalam strategi pentahelix untuk mengembangkan
pariwisata, pihaknya saat ini aktif terlibat dalam kegiatan dan program kerja dari kementerian yang dipimpin oleh Sandiaga Uno itu.
“Belum lama ini, kami ikut berperan dalam melakukan pendampingan Desa
Wisata. Selain itu, beberapa waktu lalu, kami juga menginisiasi dialog Menteri
Pariwisata dengan Pemda Kalimantan Utara dan Sulawesi Utara, khususnya
kabupaten Talaud,” ungkapnya.
Dua yang terakhir ini jelas dia adalah untuk membantu misi
mengembangkan Cross Border Tourism menjadi program strategik dari
Kemenparekraf.
“Saya kira, Lingga termasuk salah satu pulau terluar Indonesia, dengan potensi
pengembangan wisata lintas batas yang cukup menjanjikan,” jelasnya.
Menurut dia, lintas batas kepariwisataan harus mendapatkan dukungan penuh dari semua stakeholder.
“Ini memberi inspirasi tentang peluang baru yang perlu dikelola secara lebih terstruktur dengan dukungan
regulasi yang memadai pada semua destinasi wisata yang tersebar di beberapa
titik, yang menjadi perbatasan antara Indonesia dengan negara tetangga,” jelasnya.
Dirinya pun berharap pariwisata di perbatasan tidak hanya digeliatkan pada masa pandemi namun jauh dari itu harus tetap berkelanjutan di masa yang akan datang.
(Red)