Bogor, haluanpublik.com – Menjelang peringatan Hari Sumpah Pemuda, Art Speaks Justice (ASJ) menghadirkan Festival Urangariung pada 21–25 Oktober 2025 di Dieu Geura Art and Community Space, Babakan, Bogor Tengah. Festival ini menjadi ruang kreatif dan reflektif bagi berbagai kalangan, khususnya generasi muda, untuk menegaskan kembali semangat kebersamaan, solidaritas, dan kebebasan berekspresi di tengah situasi demokrasi yang kian terhimpit serta maraknya pembatasan terhadap ruang sipil.
Selama lima hari pelaksanaan, festival ini menghadirkan berbagai kegiatan seperti pertunjukan seni, dialog dan diskusi publik serta penguatan kapasitas dan keterampilan kreatif.
Festival ini menghadirkan Pameran “Selasar Sipil” yang menampilkan karya-karya seniman muda tentang keterhimpitan ruang kebebasan di Indonesia.
Urangariung juga menampilkan seniman lokal melalui pertunjukan Karinding Soundscape Bilik Jasinga, aksi live mural kolaboratif, serta pemutaran film komunitas Love & Lost, Asa Rasa di Suryakencana, dan Insan dan Semestinya dari Komunitas Film Bogor. Kegiatan ini turut dimeriahkan dengan Diseminasi Foto Kontes bertema “Reset Indonesia” yang menampilkan karya visual reflektif dari para peserta.
Festival ini juga membuka ruang diskusi dan dialog yang menghadirkan berbagai isu penting seputar seni dan kebebasan berekspresi.
Diskusi “Ruang Gerak Sipil dalam Karya Seni” mempertemukan para seniman dan pegiat budaya, sementara “Jembatan Merah” bersama Cikerti Connections mengulas peran ruang kota sebagai ruang perjumpaan yang inklusif.
Diskusi “Kebebasan Berekspresi dalam Ruang Sipil” bersama Koalisi Seni dan Mikael Johani menyoroti tantangan seniman dalam memperkuat demokrasi, diskusi partisipasi muda, regenerasi aktivisme, Serta Dialog Pers Mahasiswa yang membahas bahaya stigma dan diskriminasi dalam respon HIV, memperluas tema solidaritas hingga isu kesehatan dan hak asasi manusia.
Selain pertunjukan dan diskusi, Urangariung juga berupaya untuk mengembangkan pengetahuan dan kapasitas melalui Workshop “Movie Hack: Menjadi Filmmaker Profesional” bersama Bani Marhaen, Daniel Tebo, dan Bella Aulia Sari, yang mengajak peserta mengeksplorasi film sebagai medium advokasi sosial. Selain itu terdapat juga Kegiatan Fun Art bersama Mel Sabrina membuka ruang reflektif dan ekspresif bagi peserta, sementara reading session bersama Bogor Book Party menjadi penutup yang menegaskan bahwa literasi dan seni berjalan seiring dalam memperkuat kesadaran sosial.
Menurut Edo Walad, Ketua Pelaksana Festival Urangariung, kegiatan ini bukan sekadar ajang seni, tetapi wadah membangun solidaritas dan memperluas ruang demokrasi.
“Urangariung bukan sekadar ajakan untuk berkumpul, tetapi ruang di mana seni, aktivisme, dan komunitas saling bertemu untuk membangun solidaritas dan memperluas ruang sipil.
Melalui Urangariung, kami ingin menegaskan bahwa perubahan sosial lahir dari banyak suara yang bertemu dalam ruang aman dan inklusif, tempat setiap orang bisa berpartisipasi, berekspresi, dan menjaga semangat kebebasan bersama,” ujar Edo.(Red)