Suara Hati Dari Jeritan Hati Pribumi Untuk Pemerintah Dan Kaum Pengusaha

Suara Hati Dari Jeritan Hati Pribumi Untuk Pemerintah Dan Kaum Pengusaha

Suara Hati Dari Jeritan Hati Pribumi Untuk Pemerintah Dan Kaum Pengusaha


Ada yang meng-kambing hitamkan Rakyat untuk memarketing diri, tampil di publik seolah-olah paling humanis! Nada bicaranya halus terkesan paling berbudi luhur, tapi faktanya ada kemunafikan terselubung. Bagaimana tidak? Masyarakat dijadikan objek sandera untuk memperkaya diri, sementara di sisi lain banyak suara dibungkam tertindas.

Di balik ruang ber-AC yg kau tempati ada ribuan nyawa tidur di atas genangan air banjir, setelah banjir, debuh merah beterbangan terhirup warga. Sungguh ironis dari Tata Kelola lingkungan yg baik sebagaimana amanah regulasi mengaturnya, UU No 32 tahun 2009 (PPLH)/ UU No. 6 tahun 2014 Tentang Desa.

Harusnya PEMDES dan Pihak Perseroan Terbatas/PT lebih profesional menjalankan tupoksinya sesuai amanat Undang-Undang. Bukan sebaliknya menerapkan ‘Ilmu Kuda Layu’ alias cuci tangan, lalu berdalil nanti kampungnya akan direlokasi.

Soal pindah kampung itu terpulang pada Musyawarah-Mufakat Warga Desa setempat, tapi solusi perbaikan alternatif jangka pendek perlu diupayakan.

Sudah jelas Pak, sikap anda terlalu nampak Subjektif menyingkapi lingkungan Terendus banjir dan lumpur. Sementara kami mengedepankan Tri Dharma Perguruan tinggi, yakni salah satunya pengabdian dengan cara menyuarakan Hak Konstitusional Warga Desa Lingkar Tambang (Pasal 28F UUD’45).

Tapi… Media” Lokal kok sepih yaa? Kenapa yg ada hanya Liputan berita Tim Narasi yg lebih masif menyuarakan fakta di lapangan? Jangan” Media Lokal sudah disokong Cuan ! Tidak independen-nya Media Lokal berujung nasib Warga Pemukiman terendam begitu saja sama persis nasib warga terendam banjir tanpa didengar Pihak berwajib.

Seandainya ini di pulau Jawa pasti Pelaku tersebut sudah digugat ke PTUN seperti kasus belakangan ini belum lama Gubernur Anies Baswedan digugat Warga DKI Jakarta akibat banjir.

Tapi sayang Warga Obi khusunya Kawasi tak semelek Hukum layaknya Warga DKI Jakarta ! Dan kurang fasilitas memadai terpaksa diam seribu bahasa. Mereka (Warga Obi/Kawasi) terintimidasi penuh ketakutan walau sekedar angkat suara, mengajukan protes pun apalah daya! Makanya bertahun-tahun mereka terkungkung dalam keterpurukan, Kerusakan Lingkungan~~Limbah B3 lolos ke Pemukiman Warga, banjir, polusi udara, sampah berceceran dsb…

beruntung kita masih punya akun media yg bisa dimanfaatkan (Facebook, youtube, Instagram). Yaah setidaknya suara yg terbungkam itu dapat didengar Publik.

Harapnnya PEMDES dan Pihak CSR lebih peka lagi perihal keluhan” Masyarakat. Bukan sekedar bagi” sembako turun sosialisasi tanam sayur Kangkong saja lalu publish foto2 di Media seolah olah Masyarakat Telah bahagia penuh senyuman, sementara justru sebaliknya Masyarakat hidup dalam gangguan Psikis dan Fisiknya, bergelut melawan arus banjir dan dipaksa terusir dari tanah kelahirannya sendiri, kampungya penuh Warna cerita indah yang diwariskan para leluhurnya dipaksa harus ditinggalkan.

Lantas kalau begitu, Kemanakah Mereka harus Pulang???.. “Rumah-ku istanaku kini telah hancur”.

Penulis :. Rolisco colling

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *