Jakarta, haluanpublik.com – Genap usia ke-7, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus melanjutkan kinerja optimal sebagai induk usaha pengolahan dan petrokimia Pertamina (13/11). Corporate Secretary KPI, Hermansyah Y Nasroen meng-highlight tujuh “kado” atau kontribusi utama KPI bagi Indonesia sebagai bentuk komitmen perusahaan mengawal ketahanan energi negeri.
Dari aspek keberlanjutan, akumulatif dari tahun 2020 hingga tahun 2024, KPI sukses mencatat 3,8 juta ton reduksi emisi karbon. Bahkan, induk usaha kilang dan petrokimia Pertamina tersebut menjadi salah satu kontributor dekarbonisasi utama di lingkungan Pertamina dalam menyongsong target Bauran Energi 2030 maupun Net Zero Emission 2060 yang dicanangkan pemerintah Indonesia.
“Strategi dekarbonisasi KPI menggabungkan aspek teknologi maupun Nature Based Solution (NBS) atau reduksi emisi berbasis lingkungan hidup seperti penanaman Mangrove,” imbuh Hermansyah.
“Kado” kedua adalah kontribusi besar KPI lewat multiplier effects yang diciptakan melalui Proyek Strategis Nasional (PSN). Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) di kilang Balikpapan tak hanya tingkatkan kapasitas pengolahan menjadi 360,000 barrel per hari namun memberikan dampak positif bagi sosio-ekonomi masyarakat sekitar.
“Serapan TKDN sudah mencapai 33,9%. Selain itu, berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) serta Data Realisasi Investasi Kota Balikpapan tahun 2023, PT Kilang Pertamina Balikpapan memiliki nilai realisasi investasi terbesar dengan lebih dari Rp 14,8 triliun, menjadikan nilai realisasi terbesar di Kota Balikpapan. Total, proyek ini menyerap ribuan tenaga kerja terutama saat puncak konstruksi mencapai 26.000 tenaga kerja,” jelas Hermansyah.
Kontribusi berikutnya adalah roadmap greenfuel dalam mengawal era transisi energi lewat pengembangan Kilang Hijau. “Salah satunya di Kilang Cilacap yang saat ini tengah memasuki studi pengembangan tahap ke-2. Di tahap 1, Kilang Cilacap telah memiliki kilang hijau dengan kapasitas greenfuel sebesar 3000 barrel. Melalui kilang tersebut telah dapat diproduksi produk Pertamina Renewable Diesel serta produk Pertamina Sustainable Aviation Fuel. Di tahap-2, akan dilakukan pembangunan unit kilang hijau baru dengan kapasitas pengolahan greenfuel sebesar 6000 barrel,” jelas Hermansyah.
Kado berikutnya dari KPI adalah segera diproduksinya bioavtur yang memenuhi persyaratan sertifikasi ISCC (Sustainable Aviation Fuel). Sertifikasi ini membuktikan terpenuhinya persyaratan internasional terkait sustainability produk tersebut. Untuk mendapatkan sertifikat tersebut, digunakan bahan baku Used Cooking Oil (UCO). Saat ini KPI melalui Kilang Cilacap telah mampu memproduksi bio avtur dengan komponen bahan baku inti sawit.
Sementara dari aspek Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL), di tahun 2024 KPI catat penyaluran bantuan sebesar 16,5 milyar rupiah. “Tentunya prinsip program TJSL kami tidak hanya mengedepankan angka, namun menimbulkan kemandirian bagi para penerima manfaat. Program-program TJSL kami telah mendapat rekognisi nasional seperti PROPER maupun global seperti SDGs Award,” ujar Hermansyah.
Selaras dengan TJSL, Employee Volunteerism dan aksi sosial pekerja terus ditingkatkan untuk maknai HUT dari tahun ke tahun. “Salah satu gerakan Employee Volunteerism kami “Green Journey Challenge” sukses galang 178 juta rupiah dan akan disalurkan ke Yayasan CarbonEthics Indonesia, dan dana akan digunakan untuk penanaman 2000 pohon Mangrove di Indramayu. Selain itu, banyak rangkaian acara charity lain yang diinisiasi pekerja dalam rangkaian HUT ke-7,” jelas Hermansyah.
Yang tidak kalah penting adalah komitmen KPI untuk menjaga kinerja aman hingga 614.086.116 jam di bulan Oktober 2024. “Kondusivitas kilang berbasis aspek HSSE mutlak dibutuhkan untuk memastikan keandalan perusahaan mengolah dan memproduksi produk berkualitas,” pungkas Hermansyah.
Genjot Kinerja Kilang
Selain kontribusi sosio ekonomi bagi sekitar, KPI terus memperkuat kinerja kilang, sejalan dengan peran strategis KPI menjaga ketahanan industri migas dan petrokimia nasional.
Salah satu indikator yang utama adalah yield total product dimana tutup kwartal ke-3 2024, KPI berhasil menyokong ketahanan energi negeri dengan memaksimalkan produksi 251,5 juta barrel produk BBM, Non-BBM dan produk lainnya. “Kualitas produk yang dihasilkan senantiasa ditingkatkan hingga berstandar Euro V serta rendah sulfur,” jelas Hermansyah.
Refining Resilience
Di tahun ke-7 berdirinya, KPI mengangkat tema ‘Refining Resilience’ yang mencerminkan kapabilitas KPI untuk mengolah sumber daya energi guna menciptakan profitabilitas kilang di tengah-tengah tantangan trilemma energi yang ada.
Adapun trilemma energi merupakan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan energi, yang mencakup tiga isu utama: Ketahanan Energi (Energy Security), Ekuitas/Keterjangkauan Energi (Energy Equity/Affordability), dan Keberlanjutan (Sustainability).
KPI akan terus menjaga komitmen perusahaan untuk bertumbuh menjadi perusahaan yang berorientasi pada laba dengan menjalankan bisnis yang sustainable serta berwawasan lingkungan, tutup Hermansyah.
KPI merupakan anak perusahaan Pertamina yang menjalankan bisnis utama pengolahan minyak dan petrokimia sesuai dengan prinsip ESG (Environment, Social & Governance). KPI juga telah terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC) dan berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam strategi operasional sebagai bagian dari penerapan aspek ESG. KPI akan terus menjalankan bisnisnya secara professional untuk mewujudkan visinya menjadi Perusahaan Kilang Minyak dan Petrokimia berkelas dunia yang berwawasan lingkungan, bertanggung jawab sosial serta memiliki tata Kelola perusahaan yang baik. (DP)