Depok, haluanpublik.com – Yayasan Jelajah Bumi Nusantara (JBN) sebuah lembaga nirlaba atau lebih dikenal lagi dengan Lembaga Swadaya Masyarakat/Non Government Organization (LSM/NGO) nasional yang didirikan dan berkedudukan di Kota Depok ini fokus pada isu-isu atau kegiatan pelestarian kebudayaan dan lingkungan hidup.
JBN telah melaksakan sejumlah program dan kegiatan yang langsung menyentuh lingkungan dan kebudayaan lokal sejak Tahun 2022.
Pada hari Sabtu (10/6/2023) kemarin JBN memulai start awal pelaksanaan kegiatan Rekam Jejak.
Rekam Jejak yang sudah direncanakan dewan pengurus tersebut adalah kegiatan investigasi fakta dan data dilapangan terkait obyek kebudayaan dan juga lingkungan hidup atau sumber daya alam (SDA).
Hal itu dilakukan untuk kepentingan pendataan dan pendokumentasian obyek program atau kegiatan.
“Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung program pemerintah baik pusat maupun pemerintah daerah dalam melaksanakan program pelestarian kebudayaan dan fungsi lingkungan hidup dan JBN mentargetkan akan keliling Nusantara, dengan start kegiatan dari wilayah Kota Depok terlebih dahulu. Dengan target 80% dari jumlah obyek yang ada di wilayah provinsi Jawa Barat akan terdata oleh tim Rekam Jejak telah dibentuk dan disahkan oleh dewan pengurus JBN,” kata Kordinator Tim Rekam Jejak, Aminudin saat dihubungin via telepon.
Aminudin menjelaskan, tim Rekam Jejak yang kurang lebih berjumlah 7 orang ini terdiri dari tokoh masyarakat, aktivis, tokoh pemuda dan media.
“Hari Sabtu kemarin kita memulai dari obyek yang telah masuk dalam daftar tim yaitu Situ Jatijajar yang bertempat di Kelurahan Jatijajar, Kecamatan Tapos, Ko Depok,” ucap Aminudin.
Situ Jatijajar, lanjut Aminudin, terdapat resapan air kurang lebih seluas 8,5 hektare. Bahkan, disekitarnya juga terdapat Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau Hutan Kota, terdapat fasilitas joging track bagi pejalan kaki dan bersepeda, perahu bebek yang dapat dinikmati oleh pengunjung dan tidak kalah menariknya terdapat juga sebuah bangunan situs sejarah Raden Panji Wanayasa yang memiliki sejarah di wilayah tersebut maupun Kota Depok.
“Kita sedang melakukan investigasi obyek-obyek situs sejarah dan obyek sumber daya alam (SDA). Salah satunya adalah sumber air berupa Situ, khususnya yang berada di wilayah Jawa barat dan wilayah Indonesia pada umumnya.
“Karena kedua obyek ini adalah merupakan aspek penting di dalam kehidupan sebagai penyeimbang sektor ekonomi, sosial dan kemasyarakatan,” ungkap Amin sapaan akrabnya.
Disamping Situ Jatijajar, pada waktu yang sama, tim juga mengunjungi Situ Sidomukti, Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilodong yang kondisinya hampir memiliki kemiripan dengan Situ Jatijajar.
“Kita lihat saja selain keindahan alam perairan situ, disekitarnya terdapat sebuah taman yang sudah tidak asing lagi dikenal dengan studio alam TVRI yang di dalamnya terdapat situs sejarah, salah satu pejuang Islam dimasanya yaitu makam keramat Mbah gentong,” tutur Amin.
Wakil Kordinator Tim Rekam Jejak, Sari Hadi mengatakan, kegiatan ini bertujuan selain upaya untuk mendukung program pemerintah dalam pelestarian kebudayaan dan fungsi lingkungan hidup, juga untuk meningkatkan upaya promosi obyek wisata yang ada di wilayah Nusantara.
“Selain masyarakat dapat menikmati keindahan sumber daya alam (SDA) juga merupakan salah satu sarana edukasi bagi generasi penerus bangsa,” ucap Sari Hadi.
Pria yang akrab dipanggil Uno ini membeberkan, setelah selesai melakukan investigasi tempat tersebut, tim bergegas melanjutkan perjalanan menuju titik atau lokasi berikutnya yaitu situs sejarah Kumpi Uban yang berlokasi di GDC
“Ditempat ini terdapat beberapa makam tokoh syiar Islam diantaranya adalah Kumpi Uban, Raden Sukmajaya dan Pangeran Jaya Kusumah. Makam tersebut banyak dikunjungi oleh para pejiarah setiap harinya atau waktu-waktu tertentu,” tambah Uno.
Sedangkan, Ketua Yayasan JBN, Ahmad Sastra menjelaskan, tim Rekam Jejak sengaja dibentuk oleh dewan pengurus yayasan/lembaga untuk kepentingan pendataan dan pendokumentasian.
“Dengan target wilayah NKRI dan tahun ini tercapai minimal 20% persen dari obyek yang ada, dengan skala prioritas situs sejarah yg belum teregistrasi oleh kementerian dan juga situ-situ yg hilang maupun beralih fungsi menjadi bangunan. Kegiatan ini disamping untuk mendukung program pemerintah dalam memaksimalkan target wisata daerah yang akan berimbas pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga sebagai bentuk kepedulian saya dan rekan -rekan sebagai warga negara Indonesia,” kata Ahmad.
Lebih dalam Ahmad mengatakan, pemerintah sudah memaksimalkan program pelestarian kebudayaan dan fungsi lingkungan hidup dengan mengesahkan beberapa regulasi terkait sebagai payung hukum, agar program tersebut dapat terealisasi secara optimal.
“Menurut data dan catatan kantor BPSDA Provinsi Jawa barat bahwa di Kota Depok tercatat kurang lebih sekitar 30 situ dengan luasan yg bervariatif. Akan tetapi pada faktanya fisik obyek yang ada hanya tersisa 22 titik situ, berarti sisanya telah hilang dan beralih fungsi, ini sangat disayangkan,” tutup Ahmad.
(Marcel)